Di tengah situasi ekonomi yang dinamis, banyak muncul ulasan dan prediksi terkait pertumbuhan ekonomi global tahun 2023. Nadanya sama, ekonomi tahun ini akan sangat berat. Apakah itu sekedar “placebo” atau ancaman nyata? Lalu apa antisipasi yang perlu UMKM lakukan?
Hasil proyeksi dan kajian dari Tim Kajian Outlook Ekonomi di Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional. Pada 2023, diproyeksikan pagu indikatif pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4.9 - 5.2%, sedangkan angka inflasi 3.25 - 3.75%. Sementara nilai tukar rupiah terhadap USD diperkirakan berada di kisaran Rp15.676 - Rp15.877/USD. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 diprediksi masih akan positif namun dengan sejumlah catatan. Dari sinyal yang kami tangkap di pasar, secara keseluruhan 2022 ini akan lebih baik dari 2021, kemudian 2023 kemungkinan terjadi perlambatan sehingga akan lebih rendah dari 2022.
Lebih lanjut, meski berbagai indikator risiko global seperti inflasi di Amerika Serikat dan Eropa, perlambatan ekonomi Tiongkok dan perang Ukraina dan Rusia, faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor yang masih terserap dengan baik. Alih-alih terjadinya perlambatan ekonomi, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh 5% pada sepanjang tahun 2023 (Year on Year/YoY) terindikasi dari solidnya beberapa indikator konsumsi seperti 7 kelompok barang dan jasa, yaitu: bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; perumahan; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; transport dan komunikasi.
SMESCO Indonesia memastikan akan menyesuaikan cara-cara UMKM khususnya inovasi produksi bidang bahan makanan dan kuliner sektor UMKM yang telah menjadi primadona bisnis mikro dengan meluncurkan Skyeats. Program tersebut merupakan solusi dan cara-cara baru mengantisipasi dinamika gejolak ekonomi dengan memfasilitasi dapur produksi bersama bagi UMKM, dimana keterlibatan aktif SMESCO Indonesia memberikan mendampingi UMKM dari hulu-hub-hilir untuk efisiensi biaya produksi dan pemasaran.
Berikut petikan wawancara dengan CEO Skyeats, Inike Rahmawati, khususnya terkait strategi UMKM memenangkan kompetisi konsumsi domestik, menjaga pertumbuhan omset dan produksi ekonomi mikro UMKM Indonesia.
Bisa tolong dijelaskan kepada pembaca, Skyeats ini mengusung program apa?
Skyeats adalah perusahaan di bidang F&B service, yang mengintegrasikan dapur bersama dengan teknologi retort untuk makanan. Retort adalah proses sterilisasi makanan yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sterilisasi makanan yang sudah ada saat ini (pengalengan dan pasteurisasi). Skyeats menggunakan kemasan pouch dalam melakukan sterilisasi retort yang lebih flexible dan memungkinkan untuk diisi dengan aneka produk yang berdimensi besar seperti ayam, ikan, dan olahan lainnya.
Integrasi dapur bersama dengan teknologi retort memungkinkan para UMKM Indonesia bisa memiliki produk makanan yang bisa disimpan pada suhu ruang hingga 12 bulan, tanpa bahan pengawet. Skyeats juga memiliki jasa pelayanan makloon yang memungkinkan para UMKM memiliki produk makanan tanpa harus memiliki dapur dan tim produksi. Standarisasi dapur bersama oleh Badan POM membuat mudah para UMKM untuk memiliki produk dengan ijin edar resmi tanpa mengeluarkan modal besar.
Skyeats menyediakan jasa layanan mulai dari konsultasi, pengujian, hingga produksi dengan tim ahli dan penasehat yang tersertifikasi. Dengan hadirnya Skyeats dapat menjadi satu pintu jawaban untuk UMKM makanan di Indonesia.
UMKM Indonesia saat ini sudah merupakan sebuah ekosistem besar, bagaimana Skyeats mengelola UMKM pasok konsumsi domestik di tengah berbagai isu ekonomi?
Dengan membuat produk makanan mampu disimpan pada suhu ruang hingga 12 bulan, maka produk tidak lagi dibatasi oleh waktu dan jarak, yang artinya para UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Produk makanan dari Sumatera tidak lagi menjadi hambatan untuk dipasarkan di Papua. Akan muncul banyak varian produk tematik, yang dulunya hanya bisa dikonsumsi di tempat, sekarang bisa dinikmati kapanpun, dimanapun. Jenis produk yang semakin banyak dan mudah diperoleh akan mendorong pasar untuk mengkonsumsi dan meningkatkan nilai ekonomi UMKM.
Bagaimanakah model bisnis program Skyeats yang merupakan transformasi SMESCO cetak laba bagi UMKM?
Skyeats bekerja sama dengan Smesco menggunakan model bisnis Business To Business (B2B), melayani para UMKM yang memudahkan mereka bertumbuh. Sebagai gambaran sederhana, UMKM A mempunyai resep makanan dan telah tervalidasi bisnisnya, dalam arti sudah diterima pasar. Maka UMKM A dapat bekerja sama dengan Skyeats Smesco Hub, dimana Skyeats melakukan produksi makanan dengan kemasan retort, dan Smesco membantu dalam sisi pemasaran. UMKM A akan memperoleh pembagian hasil tanpa mengeluarkan usaha dan modal besar seperti pada bisnis konvensional umumnya.
Berapakah potensi ‘business value’ yang akan berputar bila UMKM mengganti platform produksi dan bisnisnya dengan menggunakan layanan Skyeats Smesco Hub?
Skyeats berharap bisa memberikan margin tambahan hingga 20% kepada UMKM dengan menekan biaya operasional produksi dan pemasaran. Dengan adanya teknologi kemasan retort, maka untuk memproduksi produk makanan untuk satu bulan, dapat dilakukan 1-2 hari saja, biaya sewa lokasi untuk berjualan, membayar pegawai, sekarang cukup berbasis harian, tidak lagi bulanan.
Bagaimanakah cara-cara bagi UMKM bila ingin mengikuti program SKYEAT tersebut?
Hubungi nomer kontak Skyeats Smesco Hub, atau kirim pesan pribadi lewat sosial media Instagram @skyeats.id untuk mengatur jadwal konsultasi.
Apa yang menjadi tujuan besar dari Skyeats dengan investasi besar berkolaborasi dengan SMESCO Indonesia dan harapan bagi kelangsungan bisnis UMKM?
Di sektor consumer goods khususnya barang tidak tahan lama non-durable goods/FMCG merupakan kelompok UMKM terbesar, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) di industri makanan dan minuman sebesar Rp200,26 triliun pada kuartal II/2022 lalu. Jumlah itu meningkat 3,68% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 193,16 triliun. Pada tahun 2023 SMESCO Indonesia melakukan terobosan modifikasi teknologi produksi bahan makanan dan kuliner bagi UMKM, sehingga implikasi ancaman stagnasi ekonomi bagi pengusaha kuliner UMKM dapat direduksi bila mengubah platform produksi menggunakan layanan SKYEAT dan pertumbuhan laba dapat terkoreksi positif. Teknologi terapan produksi bahan pangan dan makanan dapat memperpanjang durable goods produk UMKM tanpa merubah kualitas, bentuk, serta tetap higienis. Sehingga harga jual tetap stabil dan mutu serta rasa makanan yang diproduksi UMKM tetap terjaga kualitasnya.
Dengan adanya Skyeats Smesco Hub, akan menjadi titik langkah baru untuk pelaku UMKM untuk merubah model bisnis dan beradaptasi dengan perubahan minat pasar secara pasar. Adaptasi pada perubahan dan menjadi relevan pada pasar adalah kunci untuk UMKM bisa bertumbuh. Skyeats berharap untuk bisa melihat pertumbuhan ekonomi dan kualitas produk makanan UMKM Indonesia yang signifikan dalam 3 tahun kedepan. (AS.Hum)